Alkitab ditulis oleh manusia atau Tuhan?
17 Mei 2022 oleh Ted
Artikel ini ditulis untuk menanggapi pertanyaan (bisa juga pernyataan) yang mengatakan bahwa Alkitab tidak konsisten atau isinya berubah-ubah, di modifikasi dari satu kitab dengan kitab lain-nya sehingga tidak bisa dipercaya isinya. Atau dengan kata lain, Alkitab hanya karya manusia belaka.
Saya sebenarnya sudah beberapa kali bahas soal ini. Misalnya di artikel "Apakah Alkitab hanya karang Paulus saja?" Dan juga pada artikel "Bukti Keaslian Alkitab" yang sedikit membahas tentang perbedaan penulisan jumlah (angka) yang terjadi dari satu kitab dengan kitab lainnya, dsb. Tapi kali ini saya hanya akan menulis dari perspektif yang sedikit berbeda untuk dipikirkan.
Contoh:
Markus 9:5: Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."
Matius 17:4: Kata Petrus kepada Yesus: "Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."
Dua ayat diatas adalah salah satu contoh dari banyak ayat-ayat yang sepertinya "tidak konsisten". Markus menyebut Yesus sebagai Rabi, sedangkan Matius menyebut Yesus sebagai Tuhan.
Dan karena hal ini, saya membaca di satu website bahwa sebenarnya penulis injil Matius merubah kata "Rabi" menjadi "Tuhan" untuk men-Tuhan-kan Yesus. Apakah benar demikian?
Sebelum saya jawab, coba pikir baik-baik, kalau seandainya memang Alkitab "dirubah untuk men-Tuhan-kan Yesus", bukankah sangat mudah untuk sekalian saja di injil Markus kata-kata itu dirubah menjadi kata Tuhan (bukan Rabi)? Saya rasa itu sangat mudah untuk dilakukan.
Lalu kenapa dibiarkan ditulis berbeda? Karena kedua injil ditulis oleh dua orang yang berbeda. Dan ini juga bukti kalau Alkitab tidak dirubah. Namun, apakah kedua ayat tersebut bertentangan? Tentu saja tidak.
Yesus adalah Tuhan, namun Yesus juga adalah seorang Rabi, jadi ya kata ini bisa digunakan bergantian.
Sedangkan untuk kata "Ku" (satu orang) dengan kata "Kami" (beberapa orang) juga tidak perlu diperdebatkan kalau dilihat dari konteksnya.
Bukankah kalau kita dapat tugas dari atasan, seringkali dijawab "baik, segera kulakukan" tapi pada kenyataannya kita mengerjakan tugas itu bersama tim. Jadi bisa juga dijawab "baik, segera kami lakukan."
Kalau kita baca terus di Matius 17:6 (Kitab Matius yg menggunakan kata "ku"), jelas tertulis bahwa saat itu Petrus tidak sendirian di lokasi. Sehingga jika jadi membangun kemah, Petrus tidak akan melakukannya sendiri, pasti akan dibantu oleh murid-murid Yesus yang lain yang ada di lokasi tersebut.
Untuk Dipikirkan
Saya pribadi tidak akan mempercayai kebenaran Alkitab jika seandainya Matius dan Markus menceritakan satu peristiwa yang sama dengan kata-kata yang 100% sama persis.
Saya memilih untuk mempercayai kebenaran Alkitab justru karena ada perbedaan-perbedaan kecil seperti contoh diatas.
Kenapa? Coba sobat pikirkan contoh peristiwa dibawah ini.
Misalnya ada peristiwa pencurian di sebuah rumah. Lalu Polisi datang menyelidiki dan menanyakan kronologi kejadian kepada setiap keluarga.
Jika seluruh anggota keluarga menceritakan kronologi kejadian SAMA PERSIS KATA PERKATA, apakah polisi akan mempercayai kesaksian keluarga tersebut?
Kalau saya yang jadi polisi, saya pasti tidak akan percaya kesaksian keluarga tersebut, Kenapa? Karena kemungkinan besar kesaksian mereka hanya hapalan yang sudah dipersiapkan sebelumnya (misalnya untuk penipuan asuransi, dsb).
Akan berbeda kalau keluarga tersebut menceritakan kronologi dengan ada sedikit perbedaan-perbedaan dalam pemilihan kata-kata yang digunakan namun tetap menceritakan suatu peristiwa yang sama (intinya sama).
Lebih sederhana, kalau kamu dan teman kamu menonton pertunjukan bulu tangkis lalu disuruh untuk menceritakan ulang pertandingan tersebut, apakah kamu dan teman kamu akan menggunakan kata-kata yang persis sama? pastinya tidak. Kalau sama persis, itu berarti hapalan / baca script.
Lalu ada yang protes "Tapi ini berarti Alkitab bukan buatan Tuhan! hanya buatan manusia saja. Kalau Tuhan yang buat pasti sempurna tidak ada kesalahan karena Tuhan akan mendikte kata-perkata tidak mungkin salah!"
Ya ya, pernyataan / argumen barusan sudah sering banget saya dengar. Dikatakan bahwa sebuah kitab baru bisa dipercaya kalau tulisannya sempurna tanpa ada kesalahan sama sekali.
Sebelum saya menjawab argumen ini, mari kita kesampingkan sejenak bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Kita perlu setuju bahwa penelitian membuktikan bahwa kejadian yang tertulis di Alkitab Perjanjian Baru benar-benar terjadi. Kesaksian Alkitab adalah valid dan bisa dipercaya dari segi sejarah (again, ini hanya bahas dari sisi sejarah, soal percaya apakah Alkitab itu Firman Allah atau bukan, itu lain soal).
Banyak sejarahwan dan ilmuwan atheist yang mengakui keabsahan dan kebenaran peristiwa-peristiwa yang tertulis di Alkitab Perjanjian Baru (PB), walaupun mereka tidak mempercayai Yesus sebagai Tuhan.
Note: peristiwa yang tertulis di PB sangat mudah diperiksa kebenarannya karena masih banyak saksi hidup saat Alkitab ditulis, oleh karena itu sejarahwan baik kristen maupun non kristen mengakui kebenaran (sejarah dan peristiwa-nya). Saya hanya bahas PB karena kita lagi membahas soal kitab injil.
Yang mau saya katakan adalah, sobat bisa sepenuhnya mempercayai cerita Alkitab, karena saksinya dan penulisnya bukan hanya satu orang, tapi banyak orang.
Saya memilih untuk mempercayai sebuah kitab yang ditulis oleh banyak orang dibandingkan kitab yang hanya ditulis oleh satu orang (atau pribadi). Karena kesaksian banyak orang lebih dapat dipercaya dibanding kesaksian satu orang saja.
Sekali lagi, jikalau penulisan kitab Matius dan Markus tidak ada perbedaan sama sekali dari pemilihan kata-katanya - yang mana mengindikasikan bahwa yang menulis kitab tersebut adalah satu orang, saya akan meragukan kebenaran cerita yang ditulis, karena tidak ada yang bisa menjamin peristiwa itu benar terjadi (bisa jadi hanya karangan / khayalan satu orang penulis).
Kesimpulan 1: Kita bisa mempercayai peristiwa sejarah yang tertulis di Alkitab
Lalu ada yang bilang "Baiklah, Alkitab bisa dibilang buku sejarah, tapi Alkitab bukan kitab suci dari Tuhan!" Untuk menjawab ini kita perlu mengerti cara Allah menulis Alkitab.
Siapa penulis Alkitab? Tuhan atau Manusia?
Jawabnya: Allah (sebagai pemberi ilham) dan manusia (sebagai "penggores pena").
Berarti kita tidak bisa percaya kebenaran Alkitab, karena manusia bisa salah!
Kita bisa mempercayai Alkitab karena Allah memastikan Alkitab tertulis seperti yang Dia inginkan. Sehingga dalam pengertian ini, kita bisa mengatakan bahwa Allah yang menulis Alkitab.
Allah tidak menulis Alkitab dengan "jari-Nya" sendiri, tapi Allah menggunakan tangan manusia untuk menulis Alkitab (walau Allah pernah menulis sendiri 10 perintah Tuhan pada sebuah batu di atas gunung Sinai).
Allah tidak mendikte kata perkata apa yang harus ditulis di Alkitab. Namun Allah tetap mempertahankan gaya menulis, latar belakang pendidikan, latar belakang budaya dan setiap karakter unik yang dimiliki oleh setiap penulis Alkitab.
Hasilnya adalah, ada perbedaan gaya tulisan dari satu kitab dengan kitab lain yang ditulis oleh penulis manusia yang berbeda - termasuk pemilihan kata-kata untuk menjelaskan suatu peristiwa.
Contohnya ketika ada dua orang diminta untuk menceritakan ulang sebuah pertandingan bulu tangkis melalui sebuah tulisan. Seorang sarjana pendidikan olahraga akan cenderung memilih kata-kata serta kalimat yang berbeda dibanding dengan orang yang tidak lulus SD.
Sang sarjana akan menggunakan kata-kata baku dan resmi serta teknis untuk menceritakan pertandingan tersebut. Sedangkan yang tidak lulus SD akan menggunakan bahasa sehari-hari yang malah bisa saja kalau dibaca ceritanya lebih menarik dan mudah dimengerti untuk kalangan tertentu.
Sebaliknya, jikalau di-dikte, hasil tulisan oleh sarjana olahraga dan orang yang tidak lulus SD hasilnya akan sama persis, tidak ada gaya / karakter dari sang penulis.
Jadi, bagaimana campur tangan Tuhan dalam penulisan Alkitab? Ingat dua hal dibawah.
DI-ILHAMI DAN DIAWASI
Alkitab di-ilhami oleh Allah melalui Roh Kudus. Apa sih maksudnya diilhami? ya..... di-ilhami he he.... Ok, mungkin kita akan bisa cukup mengerti kalau kita dengar percapakan sehari-hari seperti dibawah.
- Gue ga dapat ilham sama sekali nih buat tugas karangan bebas besok.
- Gue mau jalan-jalan dulu biar dapat ilham.
- Abis nonton film kemarin, gue jadi dapat ilham buat nulis cerita novel nih.
Kalau kita mendengar tiga contoh kalimat diatas, saya rasa banyak orang bisa mengerti yang dimaksud "ilham" itu apa. Orang tersebut mendapatkan "ilham" dengan cara jalan-jalan atau melalui peristiwa lainnya.
Bedanya dengan penulisan Alkitab adalah, "ilham" tersebut datang dari Allah, bukan datang dari kekuatan manusia atau lainnya.
Sebentar sebentar.... saya masih kurang paham, bagaimana mungkin kalau tidak di dikte oleh Allah sendiri hasil akhirnya akan sesuai dengan apa yang Allah mau tanpa kesalahan?
Kita pakai lagi contoh pertandingan bulu tangkis. Misalnya kamu diminta untuk menulis ulang peristiwa pertandingan itu. Awalnya kamu blank tidak tahu untuk tulis apa... Tapi kemudian ada seseorang yang membimbing kamu, memberikan "ilham" untuk menulis.
Orang itu tidak mendikte kamu harus menulis apa, tapi orang itu hanya berkata "coba kamu ingat lagi bagaimana kondisi lapangan saat itu, bagaimana cuaca hari itu, apakah penonton yang datang ramai atau tidak..."
Saya yakin setelah itu sobat bisa mulai menulis. Dan untuk menggambarkan kondisi cuaca saja, antara kamu dan orang lain bisa saja menulis dengan kata-kata yang berbeda dan detil yang berbeda (bentuk awan seperti apa, dsb) untuk menjelaskan satu peristiwa yang sama.
Lalu setelah beberapa saat, kamu stuck lagi, kemudian sang pembimbing "mendorong" dan berkata "coba ingat apa yang dikatakan oleh wasit saat akhir babak pertama..." Setelah itu bisa lanjut menulis lagi...
Sobat akan terus dibimbing sampai selesai. Dan setelah selesai menulis, sang pembimbing akan memeriksa ulang tulisan sobat untuk memastikan hasilnya benar dan sesuai. Atau dengan kata lain ada pengawasan dan approval sebelum bisa di publikasikan.
Sama seperti penulisan Alkitab, walau tidak sama persis seperti contoh barusan, namun Roh Kudus secara supranatural akan menggerakkan penulis, membuat penulis merasakan, berpikir (misalnya) kondisi alam saat peristiwa penyaliban Tuhan Yesus, dsb, untuk kemudian dituliskan berdasarkan gaya penulis masing-masing.
Allah memberi ilham, membimbing, mengawasi dan memastikan hasil akhir-nya adalah sesuai dengan keinginan Allah. Namun Allah tetap memberi ruang bagi karakter penulis masing-masing.
Ada empat cara teknis Allah dalam mengilhami para penulis, yaitu melalui Suara Ilahi, bisikan Roh, Penglihatan dan mimpi.
Bagaimana kita bisa tahu dan yakin bahwa "ilham" tersebut dari Allah? Bisa saja hanya ilham, ide atau inspirasi dari penulis itu sendiri!
Kita bisa mengetahui bahwa Allah sendiri yang mengilhami-nya, karena Alkitab itu:
- Terdiri dari 66 buku yang berbeda
- Ditulis di 3 benua yang berbeda
- Ditulis dalam 3 Bahasa yang berbeda
- Dalam kurun waktu kurang lebih 1500 tahun
- Ditulis oleh lebih dari 40 penulis yang berbeda budaya, karakter, jaman / lintas generasi
Tapi inti utama-nya cuma satu: Karya Allah di dalam Yesus Kristus. Bagaimana mungkin lebih dari 40 orang berbeda dapat menulis hal yang sama (dengan gaya berbeda)? Cuma satu kemungkinannya, karena ada Pribadi yang membimbing dan mengawasi penulisan Alkitab. Dan kalau dalam konteks ini, kita bisa mengatakan bahwa yang menulis Alkitab adalah Allah sendiri.
Kesimpulan 2: Kita bisa yakin bahwa penulis Alkitab adalah Allah sendiri
Sekarang mungkin muncul pertanyaan "kenapa sih, Tuhan ga dikte saja penulisan Alkitab?" atau "Kenapa ga Tuhan turunkan Alkitab saja dari langit?" atau "Kenapa ga Tuhan tulis sendiri? Bukankah di gunung Sinai Tuhan pernah menulis 10 hukum taurat?"
Alasan paling simple: Ya, karena maunya Tuhan begitu Tuhan memberi kehormatan kepada manusia untuk menjadi "rekan kerja" Allah.
Ini adalah ciri khas Tuhannya orang Kristen yang selain bersifat transenden, tapi juga bersifat imanen (dekat dan mengambil bagian dalam proses-proses kehidupan manusia).
Tuhannya orang Kristen adalah Tuhan yang "setia kawan", bukti terkonkrit-nya adalah Tuhan Yesus yang rela meninggalkan kenyamanan surgawi dan turun ke bumi untuk turut merasakan penderitaan manusia. Tuhan Yesus pernah merasakan semua penderitaan manusia, kemiskinan, kelaparan, kesakitan, dihina, difitnah, perasaan ditinggalkan dan puncaknya merasakan dahsyatnya hukuman dosa.
Dengan sifat Tuhan yang seperti itu, jadi wajar menurut saya kalau Tuhan memilih cara penulisan Alkitab dengan menjadikan manusia sebagai "rekan kerja"-Nya.
Sedangkan kalau di agama lain, umumnya Tuhan yang dipercayai hanya bersifat transenden saja (Tuhan yang agung namun begitu jauh, berjarak dan mustahil dipahami manusia), jadi wajar kalau mempercayai bahwa sebuah kitab suci itu harus "turun dari langit" atau harus muncul dengan cara yang spektakuler.
Tapi sebenarnya kita bisa balik pertanyaannya "Kenapa Tuhan harus mendikte atau menulis atau langsung menurunkan Alkitab dari langit?" Bukankah itu hak dan kebebasan Tuhan?
Mungkin ada yang jawab, ya kalau seandainya Tuhan mendikte atau menulis langsung atau menurunkan kitab dari langit, itu adalah jaminan tidak ada kesalahan sama sekali / pasti benar 100% tulisan Allah!
Yang perlu teman-teman ingat, setau saya, semua agama di dunia ini (kecuali Kristen) dibawa atau diperkenalkan oleh satu nabi atau sekelompok kecil orang yang menyatakan bahwa dia / mereka di dikte langsung, mendengar atau melihat langsung wahyu Allah.
Sekarang, kalimat kuncinya adalah: kesaksian satu orang vs kesaksian banyak orang
Tentu saja kitab yang dibawa oleh satu orang atau sekelompok kecil orang, kemungkinan terjadinya kontradiksi sangat kecil bahkan mungkin tidak ada. Tapi sekarang pertanyaannya, siapa yang bisa menjamin bahwa kitab tersebut benar-benar Allah sejati yang mewahyukan-nya? Bukankah mungkin saja itu hanya karya sang nabi? Atau bukankah iblis juga bisa membuat kitab yang hebat?
Saya tidak bermaksud menyinggung agama tertentu, kalau sobat memilih untuk memeluk suatu agama karena mempercayai kesaksian nabi tersebut, ya silahkan saja. Itu hak teman-teman.
Tapi, karena saya orangnya skeptis saya lebih memilih mempercayai Alkitab yang ditulis dan disaksikan oleh banyak orang.
Seandainya di masa depan akan muncul "kitab baru" yang dibawa oleh "nabi baru" dan isi kitab tersebut lebih hebat, lebih akurat, lebih mengagumkan dari kitab-kitab agama sebelumnya, apakah saya akan percaya?
Tidak juga, saya akan tetap memilih percaya Alkitab yang sudah pasti-pasti saja peristiwa sejarah-nya, saksinya banyak dan buktinya juga banyak.
Perlu diingat, iblis bisa saja menulis kitab yang mengagumkan, tapi kecil kemungkinan-nya iblis akan bekerja dengan cara membuat agama baru yang masif di masa depan.
Kenapa? ya kalau saya yang jadi iblis, saya rasa sudah cukup banyak agama yang ada saat ini. Sebaliknya, cara kerja iblis saat ini cenderung membuat orang untuk tidak mempercayai aspek supranatural / tidak mempercayai Tuhan.
Saat ini iblis sudah tidak bekerja dengan "membuat agama baru" tapi melalui penulisan-penulisan "ilmiah" yang mengagumkan dan lebih dipercaya oleh manusia. Dan "lucunya" adalah cara kerja iblis saat ini saya rasa mirip dengan cara kerja penulisan Alkitab, yaitu iblis memberi "ilham" kepada banyak ilmuwan yang tidak mempercayai keberadaan Tuhan.
Oleh karena itu, sangat dibutuhkan ilmuwan-ilmuwan Kristen yang masih mempercayai Tuhan untuk bisa ikut dan serius terjun mendedikasikan diri di bidang ilmu pengetahuan. Karena ilmu pengetahuan tidak akan bertentangan dengan Alkitab dan dalam setiap kejadian, peristiwa, benda yang ada di alam semesta ini, kita dapat menemukan "jejak-jejak" Tuhan atau "sidik jari" Tuhan...
Tapi, itu sudah lain topik lagi jadi kita stop sampai disini saja. Semoga berguna untuk seseorang. God Bless
2 Timotius 3: 16: "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran."
Note:
Kata diilhamkan dalam bahasa aslinya (Yunani) adalah Theopneustos () bisa juga di terjemahkan "ditiupkan, dibisiki, atau dihembusi"
Kontak: gadogacom[at]gmail.com
Artikel Lainnya:
- Tidak ada ayat di Alkitab yang mengatakan Yesus adalah Tuhan
- Apa Tuhan itu ada?
- Bagaimana cara berdoa? Baca artikel ini karena dapat merubah hidup sobat selamanya!
- Saya putus asa, mau bunuh diri
- Apa buktinya Alkitab itu asli? Kenapa saya jadi orang kristen?
- Pertanyaan Seputar Penyaliban Yesus dan Penebusan Dosa
- Mengerti Allah Tritunggal / Trinitas dengan mudah
- Terbebas dari homoseksual, lesbian, seks bebas (LGBT)
- Saya melakukan dosa hubungan seks diluar nikah, saya berdoa agar tidak hamil
- Apa mujizat itu nyata?